Kamis, 06 Agustus 2009

KERETA SENJA

Menjerit dibawah ratapan sunyi.
Diantara jerit-jerit lain, nampak kau saksikan wajah-wajah asing,
Yang tak pernah kulihat diujung sana.
Sosok tua, duduk termangu dilajur kiri sebelah kereta.
Seolah tak peduli bisingnya waktu, hingga saat terbelalak, sekembalinya sang cucu dari peluk.
Ya,, semua telah kau renggut bersama waktu yang sombong dan angkuh.
Tatapan kosongnya yang tak pasti, menerka jauh.
Sejauh masa lalunya yang kian rapuh.
Dimana tak mungkin kembali sejenak, bahkan untuk sekedar merayu.
Hari-hari membunuh dan menindas, terpuruk berserakan.
Mimpi yang sempat terukir, belum tersentuh.
Tawa bahak tak tersisisih, sekalipun adalah kepalsuan.
Seketika telah luluh lantak bersama deru liar, seliar waktu murka.
Kembali waktu memutar laju tak bertepi. Kereta senja atas saksi berita hari ini.
Kini telah lagi, sang waktu telah menggerutu dan merenggutnya.
Ketika mimipi belum sempat tertimang.
Ketika semua telah berlalu dan berakhir.

Di lajur kiri sebelah kereta.
Sosok mayat tua, dan kerumunan wajah-wajah asing, sang cucu menangis lunglai…

Kembali sang waktu melaju, bersama kereta senja itu…
Dan tak peduli …
Wong soslo, 17 desember 2008.

0 komentar:

Posting Komentar