Jumat, 27 Agustus 2010

senyumu


Kali ini kusapa malam dengan segaris rindu..

Rindu ini yang masih seperti dulu..

Karena kali ini telah aku temukan dari senyumu yang tak punah..

Walau sedikit tak berkembang, tentu bukan karena gigimu yang tak sejajar..

Sekalipun pekatnya malam ini-pun, dan berdendangnya satwa malam yang bertabur...

Hingga kadang aku berpikir, seiring senyumu sirna tertelan malam yang berlalu..


Aku masih saja setia menunggu malam..

Sampai kutemui dan menuntunmu kembali..

Embun telah menunggumu dalam peraduan sepi ini..


Dan pada saat aku menyadari itu, betapa semua tinggalah cerita hari..

Karena kini aku tepasung pada pudarnya malam...

Menunggu senyumu di pelupuk lembahyung senja...


...........................................................wong solo, 28 Agustus 2010

Senin, 02 Agustus 2010

Mutiara hitam di sela nafasmu



Berhambur mutiara hitam..

Satu persatu tenggelam dalam telaga...

Petir menyambut, menjelma menjadi kawanan mengepung...

Ksatria tak berdaya..

Hingga beribu do’a mengiring, mengabarkan sebuah kematian...


Kini kawanan menjelma selayak seekor naga..

Begitu garang.. menghantam sudut nurani yang pernah terucap..

Menyatukan beribu pasukan asmara shinta, tapi entah..

Entahlah, saat itu aku memang terhanyut atas karangan bungamu..

Pesona yang belum sempat aku berpikir, untuk kapan harus berakhir..


Kulihat keterasingan menyelimuti, juga tentang mutiara-mutiara hinggap..

Kata-kata mengahambur diantara angin bersebrang, hilang dan terhanyut lenyap..

Hingga dengusan nafasmu mengantar luapan ombak..

Menghantam karang sukma..


Dan...

Mengakhiri segala keterasingan...

Aku berlabuh..



Wong solo..
Disela keterasingan-Mu