Selasa, 24 November 2009

Sepi ini dan karenamu..

Sepi menyamar rindu.
Sunyi yang memecah sebuah noda.
Aku terpaku mengenang.
Dari keping sudutmu yang menepis mata hati.

Kini sendiri menuju savanna dan menerpa gejolak.
Menjawab segala lara dan iba… dan untuk kesekian kali.
Itu sepi..!! bukan..!! itu adalah sunyi..
Karena sunyi adalah bagianku yang sejak..
Setidaknya malam ini sudah cukup untuk dia berteriak.
Dia telah bersetubuh dengan waktu dan sekedar mengungkap sunyi.

Ya.. kedengaranya memang riuh,
Tapi bukan riuhmu..
Munngkinkah kau sedang menciptakan gendang bertalu?
Karena aku tau itu akan berakhir pada pertunjukan nanti.

Oh.. bukan!!!
Itu benar suaramu!! Aku mendengar ketika malam merayu.
Bukankah itu kau katakan saat sering kau jemput mimpi?
Ah..betapa bodohnya aku !! aku bahkan tak tau siapa pemilik suara indah itu..
Apakah aku adalah salah satu tokoh pewayangan dalam sandiwaramu..?
Maka aku akan sedang menjemput sepi ketika riuh tangan mereka bertemu.
Dan aku baru sadar, aku adalah tokoh arjuna pada saat itu.
Sang arjuna bukan pada saat setelah pertunjukan dan sandiwara berakir.

Karena aku hanya akan menjadi lorong waktu dan kekosonganmu…
Penawar sepi dan penghuni negeri seribu malam..
Tak ada bintang, bahkan bulan untuk sekedar berkedip..

syair terlarang...

Rona hijau telah mengembang..
Seolah memanja para pelangi yang merindu..
Mungkin itu adalah negri mimpi yang dulu pernah…
Ketika itu suaramu memecah para penghuni hati..
Hingga mereka merunduk untuk sebuah maknamu..
Maka hamparan langitpun seiring memuja..
Engkau begitu hadir…
Menawar pesona yang dulu mengisi..

Dan tentang negeri mimpi itu, menggerlap dan menyelimuti keranda sepi kini..
Seiring pernah kau tanyakan padaku ”mengapa tempat itu begitu indah..?”
Dan seiring itu pula aku tak mampu menjawabnya..
Bahkan aku tak berani menghayalnya, walau kendati..
Aku ingin mengahdirkanya untukmu, namun aku takut itu tak terjadi..
.........ataupun tak pantas..
Dan mungkin telah terlarang…

kisah terlarang-agust '09

..bukan senyum untukku...

Malam itu, dan sebuah bayang.
Menawar rindu yang pernah hanyut.
Kudengar lirihnya diujung hening.
Mengalun sepi, merayu nada sumbang.
Sampai kuingat tentang tawamu, dan sepenggal bisikmu.
Nada indah itu mengalir dan mengisi.
Walau aku tau itu nada yang sama nan serupa.
Aku coba untuk mengerti,,, kadang memahami…
Sekalipun harus mengemis pada dinginya malam.
Karena saat mata ini terjaga, ketika harus kubawa sia..

Dan itu bukan sekedar membunuh sepi..
Atau untuk menawan kekosongan..

Karena diujung hari, dan disela senyumu,
………………………….kau titipkan senyum yang bukan untukku…



...bungaku hilang...

=====kisah terlarang-Agust ‘09

Kehidupan jalanan

Pernah kita mengukir sebuah jalan..dimana sebuah dosa yang kadang selalu mengikuti deru angin.. tak pernah tau bahwa waktu memang kadang menipu..dan taukah kau? Sementara kita masih terjerumus dalam terpaan malam..kita tak pernah tau bahwa jarum jam memang sudah tak pernah pada tempatnya..seiring berlalu dalam langkahnya..begitu sombong.. seperti malam itu kau pernah mengatakanya padaku ”..dimanakah saat ini kita berada..?? sampai kapan kita akan menjilat nasib..?? ..siapa dibalik ini..itu..”

Sang waktu kembali menoreh catatan tentang kita, dijalan yang dulu pernah menari..aku tau kawan, suaramu begitu parau untuk sekedar mengenal arti sebuah mimpi..nyaris aku tak percaya..namun harapanmu telah menampar kesadaranku untuk sekedar melangkah..menjadi cahaya diantara ranummu..aku tau kita akan berjabat ditengah persimpangan..bercerita tentang negri dongeng yang kita dambakan.. hinggga kembali menyusuri lorong sunyi dan berkabut..ketajaman matamu telah meyakinkanku bahwa kehidupan jalanan memang pernah memberi kita arti..sekalipun sering kita mengutuk teriknya hari..sekalipun kita pernah mencaci..namun setiap tetes keringat adalah sebuah saksi..sebuah saksi pengantar tidur anak kita kelak..agar mereka tau bahwa sebuah dongengpun adalah pengorbanan..karena kita tau dan tidak sedang ingin menjerat mimpinya..

Kepada jalanan... kepada apa yang kita impi..dan kepada apa yang dulu telah terbagi.. kita tidak perlu menghianati waktu..setidaknya karena kita bukan cucunguk yang harus selalu bersembunyi dalam pekatnya malam..kita bukan apa-apa kawan.. kita bukan pengelana yang dihujani dipadang gersang..dan kita bukan pula seekor kellinci santapan pemurka..karena kita lebih dari itu...

Coretan untuk seorang kawan…

Kawan..!! lagi-lagi kau yang selalu mengisi riuhnya hari..!! membuka tabir yang dulu pernah.. kadang kita sedikit menaifkan hari, dan berpikir nyeleneh; bahwa memang selalu saja seperti itu..! tidak jauh dari apa tentang kata mereka.. tentang apa yang telah terjadi.. tentang cerita waktu yang semakin samar dan berkabut..ah lagi lagi itu..sampai kapan kita akan menyelami nurani kita, sementara jalan masih jauh yang harus kita tempuh..bukankah itu katamu dulu..?? dulu saat kita berusaha menikmati sejuknya hari..saat kita bercerita kekonyolan kita.. ah..!! betapa terlihat gagahnya waktu itu, sambil kau menghitung tentang sudut ragamu saat kelak nanti.. kau tulis semua itu dalam khayalmu.. oh..bahkan bintangpun ikut tersenyum seraya berkata ; ingin rasanya kuukir kebahagiaan ini untuk orang-orang yang kelak aku sayangi..sadarkah kau, waktu itu aku teteskan air mata ini untukmu..nyaris kita tak percaya bahwa memang roda kehidupan tidak sedang berputar..dan betapa kita mempercayai itu..

Selang kau menertawai tentang penyesalanmu hari ini,,dan betapapun kita telah ditelanjangi oleh sombongnya waktu..

******
Kawan.. masih ingatkah kau cerita tentang tulang belulang..? tentang serpihan hati saat meninggalkan nurani..?? putih warna tulang itu memang, tapi aku tau tak seputih apa yang kau pikir..tak semerah yang kau ingin..karena memang sepertinya mentari masih setia menemanimu..
Iya kawan.. kita tunggu saja kabar sore ini..sambil kita beranjak dari pagi ini.. dan berharap kereta hari ini berangkat tepat waktu..

Aku berjalan diatas ketabuanmu..

itu kau katakan dulu.. dan selebihnya saat ini, karena aku tak bisa walau meski.,,
saat mendung menggelepar sambil menyejukan kaki cakrawala, masih kau terpenjara..

akupun tenggelam..menyusur telagamu..
sambil kunikmati yang tersisa..
walau tak pernah terucap..
tak pernah terpikir..

aku berjalan dengan seadanya..
sambil melewati garis dengung suaramu..
seiring,,aku mulai terjaga diantara gelap,,
bahwa yang kau ingin adalah bukan..
dan dengan senyum yang masih tersisa..
kau jawab dengan bening matamu..
seribu Tanya menjadi dilemma..
hingga kau tabur rasa yang tertunda..
walau aku tau itu bukan sepertinya..
namun kupaksa walau rina semakin menghujan..
saat sekejab mulai sirna..
hingga aku mencoba bertahan dalam kepalsuan..
karena aku tak kuasa untuk sekedar melupa..dan mengubur harapan ini..

Pecundang malam…

Pecah..kau katakan dalam gejolak yang membisu…
denting awan tiba berderu…
aku malu..
pada duri-duri dijalan yang kini kering....
ah bilakah kau tau..walau kau tak pernah tau.. pernah kau diamkan rasa ini…
pernah kau putar waktu untuk sebuah kenaifan..

ha…ha…ha…pernah kau tertawa untuku…
pernah kita rasakan hangatnya waktu..

Sampai saat kau tikam..
akupun terpaku..
aku menjerit..
kadang membenci..
sedikit tertawa..
mungkin kosong..
kau tau pedangmu kali ini begitu tajam,setidaknya saat mencumbu liang sanubari…
namun ku coba memahami, dan karena awan masih bertanya-tanya..

cukup lama hari menunggu senyumu..
walau sepi menanti sebuah cerita..
tapi kulihat dia memang begitu jalang..
membelah malam yang begitu pekat..
kulirik senyumu semakin menghilang…
kutepis..
namun malam sudah terlanjur..dan enggan membagi cerita dan senyumu..
dan NYARIS AKU BERKATA ENTAH..

Bunga yang tertinggal

Bunga awan bertajuk rindu.
Aku persembahkan untuk yang terakir.
Lelah aku mengarungi savanamu, sudah aku tak sanggup.
Aku pergi tanpa senyum yang sempat mengembang.
Aku meninggalkanmu melalui kata yang memecah.

Bunga di tepi awan… maafkan aku demi senyum yang tercipta.
Mungkin aku tak pandai menghadirkanmu senja dan pagi.
Selebihnya mungkin aku tak pandai menterjemahkan garis matamu.
Aku buta…!!! Atau apa yang sering kaukatakan itu…

Bunga ditepi awan…
Betapa berat aku memaknai setiap langkah ini.
Betapa berat aku melawan kebisuan ini.
Semua sudah engkau ukir, sudah kau bukukan diujung perjalanan ini.
Aku tau, engkau bukan sedang memilihkanku.
Tapi engkau telah membuatku memilih.
Memilih untuk memutuskan tentang arti penyesalan,
……………………dan kerinduan yang sejatinya telah terpasung.

Kini harus aku lalui kegelapan dan senyum malam.
Dan takkan mampu terterangi walau sribu cahaya.
Bahkan aku tak pernah tau untuk sekedar menitipkan air mata ini.

Aku mencintaimu, namun aku lebih takut aku tak pantas kau cintai.
Bukan saat ini,
Tapi saat nanti ketika kau mampu memikirkanya….


========= Agust ‘09