Jumat, 13 April 2012


......Ia masih memandangi senja yang telah semburat ungu. Tersenyum masam pada rembulan yang sabit, yang sia-sia menciumi pucuk dahan dihamparan situ buleud. Ia seperti ingin mengejek rembulan itu, tapi keburu merasa ialah yang diejek rembulan itu. Sebab kunang-kunang yang bertebar bagai gumintang, dengan suara lirih mengatakan, “akan ada saatnya punya purnama. Akan ia miliki malam dan semestanya. Akan ia rengkuh kegelapan dalam peluk cium pendar putih lembar-lembar cahayanya. Tapi kau? Apa...”
Ia tak sampai selesai mendengar suara sang kekunang. Sebab ia keburu menukas dengan putus asa kehidupanya; “aku hanya orang tolol dan gila telah punya harapan sejauh itu!”
Malam akhirnya datang. Angin bekas sore meloncat-loncat di sela daun dan menyangkal, hingga akhirnya lenyapkan ruang asa.
Dan malam haripun berlalu dalam kehidapanya yang terus berjalan, sesaat setelah menghapus jejak harapanya yang telah pergi.
...................

Dalam kenangan... 7 April 2012

0 komentar:

Posting Komentar